Balik Nasib
Oleh Ilham Mashdar Roihan
Pada siang hari sewaktu pulang sekolah, Indra
duduk di pinggir jalan sambil minum es. Matahari pun terus menyinari tubuhnya
dan Indra pun mulai berkeringat. Orang-orang yang sedang berjalan maupun orang
yang sedang mengendarai selalu ketawa melihat tampilan wajahnya. Kemudian ada
seorang Kakek yang bertanya padanya “De sedang apa disini duduk sendirian
sampai bengong sambil berkeringat kepanasan?” Tanya Kakek. “Mmm...Mmm...”
(sambil menutupi matanya), jawab Indra. Kakek pun mulai aneh melihat Indra yang
sedang melamun, tapi kakek sangat kasihan melihat Indra yang berdiam terus di
pinggir jalan sampai air keringatnya terus mengalir dan hampir membasahi semua
bajunya.
Dua jam
kemudian, Kakek itu mulai mencoba mengagetkan Indra dengan suara yang sampai
keras sampai orang-orang yang disekitar pun berhenti melakukan aktivitas yang
dikerjakannya karena suara kakek itu seperti angin topan yang berhembus ke
dalam bumi. Indra terbangun dari khayalan yang terus dipikirkan, “Astagfirullah,
ada apa denganku? Sampe berkeringat gini?”. Akhirnya Indra sadar lagi seperti
biasa dan berlari dengan kencang seperti pilot yang melaju ke atas awan,
meninggalkan kakek.
Indra
pun terus berlari kencang dan akhirnya berhenti di suatu daerah yang jauh dari
rumahnya, Indra kebingungan dan tidak tahu arah jalan pulang. Lalu ada seorang
cowok memakai baju seragam sekolah yang turun dari mobil angkutan umum yang
berjalan menuju arah rumahnya, orang itu berjalan menuju arah rumahnya dan
kebetulan melewati Indra yang sedang duduk di dekat kebun Pak Suherman. Kemudian
Indra bertanya kepada orang itu untuk menanyakan arah jalan pulang menuju
rumahnya, Indra memanggil orang itu dan cowok itu melihat Indra sambil
melirik-lirik seperti orang yang sudah kenal, cowok itu pun mendekat ke arah
tempat duduk Indra. Cowok itu berjabat tangan dengan wajah senyum dan ternyata
cowok itu teman akrab sebangku Indra yang bernama Johan. Indra baru tahu rumah
teman akrabnya tinggal di daerah ini, “Sob, lagi apa kau disini?”, tanya Johan.
“Aku disini sedang mencari arah jalan pulang dan tujuan saya kesini bukan
apa-apa karena tadi saya berlari kencang dan tidak melihat jalan yang saya
lewati”, jawab Indra. “Lalu bagaimana sekarang, apakah mau diantar ke rumah
bersamaku?”, tanya Johan. “Tidak usah repot repot han, sebentar lagi juga aku
mau pulang naik pedesaan kok”, jawab Indra. Johan merasa kasihan dengan Indra
kalau sahabatnya pulang sendirian dan takut tersesat lagi karena Indra orangnya
masih labil dengan situasi jalan arah pulangnya. “Jangan! Nanti kamu tersesat
lagi di jalannya, sudahlah karena sekarang udah mau malam, ayo mampir ke
gubukkusambil melaksanakan shalat magrib dulu”, jawab Johan. “Hmmm... beneran
ga apa-apa? Takut ngerepotin orangtua kamu han”, tanya Indra. “Engga tenang aja
sob, sekalian kamu ganti baju dulu karena baju kamu kotor dan bau bangke tikus
yang ada di selokan hahahaha...”, jawab Johan. “Ok ok makasih kamu memang
sahabat terbaikku, ah Johan kamu bisa aja bercanda hehe..”. “Ok sama-sama sob,
ayo let’s goo!!”. Mereka pun pergi ke rumah Johan sambil ngobrol dan bercanda.
Sesudah
sampai di rumah Johan, Indra kaget melihat rumahnya yang sangat besar, sebesar
gedung sate tetapi Johan menyebutkannya hanya seperti gubuk. Johan orangnya
tidak sombong seperti orang kaya lainnya. Ketika Indra masuk ke dalam rumah
Johan, Indra bengong melihat rumahnya yang begitu luang seperti bukit, lalu
Indra duduk dan bersalaman dengan kedua orangtua Johan. Ibunya merasa kasihan
kepada Indra karena bajunya kotor dan menyuruh untuk mengganti bajunya.
Akhirnya Indra mengganti bajunya, dan memakai baju Johan untuk sementara.
Sesudah mengganti bajunya, Indra disuruh untuk makan yang sudah disiapkan oleh
ibunya dan Indra pun makan dulu karena menghargai ibunya yang sudah memasak.
Indra melihat kebawah ke arah jam tangan, ternyata sudah jam 21.00, akhinya
Indra berpamitan kepada orangtua Johan karena takut dimarahi oleh orangtua
Indra. Dan ayah Johan kasihan melihat Indra pulang naik pedesaan sendirian
takut ada kejahatan yang menimpanya, akhirnya ayah Johan mengantarkan Indra
sampai di depan rumahnya.
Pada
pagi hari, ketika hari Senin semua siswa kembali aktivitasnya lagi dan
melaksanakan upacara bendera. Sesudah itu, murid-murid masuk ke ruang kelasnya
masing-masing karena bel pelajaran pertama sudah bunyi di halaman sekolah.
Murid-murid pun masuk ke kelasnya dan pada waktu itu ada guru yang datang untuk
pendataan murid yang ingin melanjutkan ke SMA yang dituju. “Apa kabar
semuanya?”, tanya guru. “Baik bu, bagaimana dengan ibu?” (Murid-murid serentak
menjawab). "Alhamdulillah baik, langsung saja ke yang intinya, kalian
sudah beres melaksanakan UN dan hasilnya alhamdulillah baik-baik semua. Ibu
masuk ke kelas ini untuk mendata siswa yang ingin melanjutkan sekolah lanjutan
SMA atau SMK dan silahkan pikirkan dulu untuk masuk SMA yang akan kalian pilih,
Ibu nanti akan manggil satu persatu dari absen”. Kemudian murid-murid
memikirkan untuk melanjutkan sekolah yang akan dituju, lalu Indra bengong
memikirkan sekolah yang akan ditujunya karena di zaman modern sekarang ini
banyak pergaulan bebas yang tidak terorganisir. Johan bertanya kepada Indra
tetapi Indra terus bengong tidak menjawab pertanyaan dari Johan. Lalu guru
memanggil Indra untuk kedepan menyebutkan SMA yang akan dituju. “Indra?”, tanya
guru. Indra tetap bengong tidak mendengar gurunya. Akhirnya gurunya mendekati
bangku Indra dan memegang keras punggung Indra, lalu Indra pun kaget dan ingat
lagi seperti biasa sampe-sampe pulpen yang dipegang Indra terbang ke bangku
temannya. “Astagfirullah, ada apa bu sampe memegang punggung saya dengan
keras?”, tanya Indra. “Kamu disuruh ke depan untuk menyebutkan sekolah lanjutan
yag dituju, tetapi kamu tidak maju kedepan dan malah bengong”, jawab guru.
“Aduh maaf ibu, saya bukan tidak mendengar Ibu”, jawab Indra. “Iya tidak
apa-apa, kenapa kamu bengong”, tanya guru. “Saya bengong karena memikirkan
sekolah yang saya cita-citakan dari sejak kecil”, jawab Indra. Teman-teman
Indra pun tertawa mendengar perkataan Indra. “Aduh Indra kamu payah, masa
sekolah lanjutan SMA dipikirkan sejak bayi, ahh kamu ngaco, udah aja masuk SLB
hahahaha....”, jawab Doni temen sekelas Indra. “Udah semuanya diam jangan ribut
dikelas, nanti ngeganggu ke kelas pinggir yang sedang ulangan”. Murid-murid pun
hening kembali. “Jadi kamu Indra pengen masuk SMA atau SMK mana?”, tanya guru.
“Gatau bu, belum kepikiran luas”, jawab Indra. Murid-murid pun ketawa kembali
mendengarkan perkataan Indra. “Iya sudahlah mungkin Indra masih bingung
menentukan sekolah lanjutannya, nanti kamu Indra ditunggu di ruang guru kalau
sudah ada pilihannya karena temen kamu semua sudah didata, tinggal kamu saja
yang belum, ya cukup sekian saja dari Ibu, Wassalamu’alaikum Wr. Wb.”.
“Wa’alaikumussalam Wr. Wb.”, jawab semua murid.
Waktu
bel istirahat bergoyang dibunyikan, murid-murid pun beristirahat keluar. Indra
dan Johan diam di kelas karena mereka bekal nasi dari rumah. “Eh sob, jadi kamu
mau melanjutkan ke SMA mana?”, tanya Johan. “Gatau han belum kepikiran hmmm”,
jawab Indra. “Udah aja bareng sama saya sob ke SMA 1 biar bisa bareng main lagi”,
kata Johan. “Hmmm engga ah han, saya pengen sekolah yang lebih cocok dan bagus
bagi saya”, jawab Indra. “Emang menurut kamu SMA 1 tidak bagus sob?”, tanya
Johan. “Bukan berarti begitu, SMA 1 juga bagus, oh iya han baru keingetan, saya
pengen masuk pesantren aja”, kata Indra. “Wah serius sob mau ke pesantren? Tapi
nanti kita engga ketemu lagi atuh ya”, jawab Johan. “Iya serius han, bisa nanyi
reuni SMP atau kita janjian ketemu hehe”, kata Indra. “Tapi engga kaya
biasanyanya lagi kita selalu barengan, main bareng, pulang bareng hmm, kenapa
kamu pengen ke pesantren sob?, kata Johan (Muka yang sedih yang tidak mau
kehilangan sahabat). “Iya kalau masalah itu mah bisa diatur han, lewat telepon juga
bisa, saya pengen ke pesantren untuk
memperdalam ilmu agama dan ingin menjadi anak sholeh yang bisa membahagiakan
kedua orangtua”, jawab Indra. “Wow bagus juga ide kamu sob tapi ingat jangan lupakan
saya, udah sob ayo kita ke ruang guru untuk mendata sekolah lanjutan yang kamu
akan dituju”, kata Johan. “Oke pasti itu mah han, iya ayo han”. Johan dan Indra
pun keluar meninggalkan kelas dan pergi ke ruang guru untuk mendata sekolah
yang akan ditujunya. Guru pun mendata Indra untuk masuk ke pesantren dan wajah
guru yang mendatanya kelihatan senyum terhadap Indra karena baru ada 1 orang
yang ingin masuk ke pesantren. Pada saat itu, ada temen sekelas Indra yang
bernama Santo menanyakan kepada Indra, “ Eh dra kamu jadinya mau melanjutkan ke
SMA mana?”. “Saya mau melanjutkan ke pesantren to”, jawab Indra. “Wah mana
mungkin kamu pantes ke pesantren , so alim banget ya kamu, kamu mah dra
pantesnya juga jadi pengamen di pinggir jalan”, sahut Santo (Sambil ketawa
terbahak-bahak). “udah kamu pergi dari sini, jangan meremehkan teman saya aja
tidak baik, udah sob kamu sabar aja, anggap aja dia itu seperti monyet yang
berbicara hehe”, jawab Johan. Indra pun menundukkan kepalanya dan santo terus
mengejek Indra, tetapi untungnya ada guru yang melewat ke kelasnya, jadi Santo
pun masuk lagi ke dalam kelas.
Dua
minggu setelah itu, sekolah Indra mengadakan perpisahan di sekolahnya. Indra
sangat senang karena besoknya akan masuk ke pesantren, tetapi Johan
kelihatannya sedih karena akan berpisah dengan Indra dan terakhir kalinya
bertemu dengan Indra. Keesokan harinya, Indra memasuki pesantren dan dia
pertama kalinya masuk pesantren. Lalu dia masuk ke asrama untuk membereskan
barang-barang yang dibawanya. Indra merasa senang bisa sekolah sambil
pesantren. Dia kelihatannya selalu gembira saat masuk ke pesantren dan
teman-temannya yang ada di pesantren jauh lebih beda dibandingkan dengan waktu
SMP. Di pesantren temen-temennya semua pada baik dan selalu membantu ketika
Indra sedang mengalami kesusahan. Indra disana selalu bareng bersama ketika mau
mandi, makan, shalat maupun beribadah selalu bersamaan dengan teman barunya.
Delapan
bulan kemudian, Indra merasa betah di pesantren, dia tidak mau pulang-pulang ke
rumahnya, dia juga jarang bertemu dengan keluarganya dan hanya mengabari lewat
telepon. Disana Indra hidupya lebih tenang dibandingkan waktu SMP. Indra lebih
mandiri sampe cuci baju pun melakukannya dengan sendiri dan mengatur waktu
dengan sebaik-baiknya. Dia pun menjadi rajin belajar , selalu aktif di dalam
kelasnya dan sampai mengikuti lomba cerdas cermat tingkat nasional.
Lima
tahun kemudian, Indra sudah keluar dari pesantren dan mendapat ilmu yang
diperoleh ketika sekolah dan perguruan tinggi. Indra banyak yang menawari pekerjaan
dan dia pun bingung memilih pekerjaan yang cocok untuknya. Dia pun memilih
bekerja di salah satu BUMN dan setelah lama kerja disana, dia menjadi orang
kaya. Disamping itu, Indra mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Dan
dia juga selalu bersedekah kepada orang-orang fakir dan miskin. Selain menjadi
pekerja BUMN, Indra juga sering ceramah di masjid-masjid. Kemudian dia teringat
masa lalunya yaitu temen deket lama yang bernama Johan. “Assalamu’alaikum,
apakah ini Johan, masih inget ke saya?”, tanya Indra. “Oh maaf ya, ini dengan
siapa?”, kata Johan. “Ini saya Indra han, masih inget sahabat kamu waktu SMP?”,
kata Indra. “Oh iya ingat, kemana aja kamu sob sudah lama jarang bertemu dengan
kamu?, kata Johan. “Alhamdulillah kalau masih ingat, ayo han kita reuni SMP
sama ajak yang lain pada bisanya kapan dan saya kabarin lagi aja nanti kalau
udah ada balesan dari yang lain”. “Ok han, maaf ya han teleponnya ditutup dulu,
saya masih ada urusan lain yang belum saya kerjakan, sampai jumpa nanti,
Wassalamu’alaikum”, kata Indra. “Wa’alaikumussalam”, jawab Johan.
Pada
hari libur kerja, Indra merapihkan dan membersihkan rumahnya, lalu ia teringat
masa lalunya ketika waktu di pesantren suka pel dan meyapu asramanya. Tiba-tiba
HP Indra bergoyang di atas meja dan Indra mengambil HP nya. Indra menerima
pesan dari Johan bahwa akan ada reuni SMP sekarang dan semuanya akan menghadiri
acara tersebut. Indra pun bersiap-siap untuk pergi ke tempa reuni.
Indra
pun bersiap-siap dan pergi menuju tempat reuni. Sesudah sampai disana,
teman-teman Indra terkejut melihat penampilan Indra dan membawa mobil mewah.
Akhirnya orang-orang yang suka mengejek atau meremehkan Indra, mereka menjadi
menghormati Indra karena mereka bekerja hanya sebagai buruh saja, tetapi Indra
membalasnya ketika diperlakukan semejak SMP. Bahkan teman-teman Indra yang
pintar waktu SMPnya, pekerjaannya jauh lebih bawah derajatnya dibandingkan
dengan Indra. Mereka pun melanjutkan acara reuninya, sambil makan-makan dalam
keadaan ramai dan gembira.
SELESAI