Senin, 07 September 2020

Novel Balik Nasib

 

Balik Nasib

Oleh Ilham Mashdar Roihan

 


                Pada siang hari sewaktu pulang sekolah, Indra duduk di pinggir jalan sambil minum es. Matahari pun terus menyinari tubuhnya dan Indra pun mulai berkeringat. Orang-orang yang sedang berjalan maupun orang yang sedang mengendarai selalu ketawa melihat tampilan wajahnya. Kemudian ada seorang Kakek yang bertanya padanya “De sedang apa disini duduk sendirian sampai bengong sambil berkeringat kepanasan?” Tanya Kakek. “Mmm...Mmm...” (sambil menutupi matanya), jawab Indra. Kakek pun mulai aneh melihat Indra yang sedang melamun, tapi kakek sangat kasihan melihat Indra yang berdiam terus di pinggir jalan sampai air keringatnya terus mengalir dan hampir membasahi semua bajunya.

            Dua jam kemudian, Kakek itu mulai mencoba mengagetkan Indra dengan suara yang sampai keras sampai orang-orang yang disekitar pun berhenti melakukan aktivitas yang dikerjakannya karena suara kakek itu seperti angin topan yang berhembus ke dalam bumi. Indra terbangun dari khayalan yang terus dipikirkan, “Astagfirullah, ada apa denganku? Sampe berkeringat gini?”. Akhirnya Indra sadar lagi seperti biasa dan berlari dengan kencang seperti pilot yang melaju ke atas awan, meninggalkan kakek.

            Indra pun terus berlari kencang dan akhirnya berhenti di suatu daerah yang jauh dari rumahnya, Indra kebingungan dan tidak tahu arah jalan pulang. Lalu ada seorang cowok memakai baju seragam sekolah yang turun dari mobil angkutan umum yang berjalan menuju arah rumahnya, orang itu berjalan menuju arah rumahnya dan kebetulan melewati Indra yang sedang duduk di dekat kebun Pak Suherman. Kemudian Indra bertanya kepada orang itu untuk menanyakan arah jalan pulang menuju rumahnya, Indra memanggil orang itu dan cowok itu melihat Indra sambil melirik-lirik seperti orang yang sudah kenal, cowok itu pun mendekat ke arah tempat duduk Indra. Cowok itu berjabat tangan dengan wajah senyum dan ternyata cowok itu teman akrab sebangku Indra yang bernama Johan. Indra baru tahu rumah teman akrabnya tinggal di daerah ini, “Sob, lagi apa kau disini?”, tanya Johan. “Aku disini sedang mencari arah jalan pulang dan tujuan saya kesini bukan apa-apa karena tadi saya berlari kencang dan tidak melihat jalan yang saya lewati”, jawab Indra. “Lalu bagaimana sekarang, apakah mau diantar ke rumah bersamaku?”, tanya Johan. “Tidak usah repot repot han, sebentar lagi juga aku mau pulang naik pedesaan kok”, jawab Indra. Johan merasa kasihan dengan Indra kalau sahabatnya pulang sendirian dan takut tersesat lagi karena Indra orangnya masih labil dengan situasi jalan arah pulangnya. “Jangan! Nanti kamu tersesat lagi di jalannya, sudahlah karena sekarang udah mau malam, ayo mampir ke gubukkusambil melaksanakan shalat magrib dulu”, jawab Johan. “Hmmm... beneran ga apa-apa? Takut ngerepotin orangtua kamu han”, tanya Indra. “Engga tenang aja sob, sekalian kamu ganti baju dulu karena baju kamu kotor dan bau bangke tikus yang ada di selokan hahahaha...”, jawab Johan. “Ok ok makasih kamu memang sahabat terbaikku, ah Johan kamu bisa aja bercanda hehe..”. “Ok sama-sama sob, ayo let’s goo!!”. Mereka pun pergi ke rumah Johan sambil ngobrol dan bercanda.

            Sesudah sampai di rumah Johan, Indra kaget melihat rumahnya yang sangat besar, sebesar gedung sate tetapi Johan menyebutkannya hanya seperti gubuk. Johan orangnya tidak sombong seperti orang kaya lainnya. Ketika Indra masuk ke dalam rumah Johan, Indra bengong melihat rumahnya yang begitu luang seperti bukit, lalu Indra duduk dan bersalaman dengan kedua orangtua Johan. Ibunya merasa kasihan kepada Indra karena bajunya kotor dan menyuruh untuk mengganti bajunya. Akhirnya Indra mengganti bajunya, dan memakai baju Johan untuk sementara. Sesudah mengganti bajunya, Indra disuruh untuk makan yang sudah disiapkan oleh ibunya dan Indra pun makan dulu karena menghargai ibunya yang sudah memasak. Indra melihat kebawah ke arah jam tangan, ternyata sudah jam 21.00, akhinya Indra berpamitan kepada orangtua Johan karena takut dimarahi oleh orangtua Indra. Dan ayah Johan kasihan melihat Indra pulang naik pedesaan sendirian takut ada kejahatan yang menimpanya, akhirnya ayah Johan mengantarkan Indra sampai di depan rumahnya.

            Pada pagi hari, ketika hari Senin semua siswa kembali aktivitasnya lagi dan melaksanakan upacara bendera. Sesudah itu, murid-murid masuk ke ruang kelasnya masing-masing karena bel pelajaran pertama sudah bunyi di halaman sekolah. Murid-murid pun masuk ke kelasnya dan pada waktu itu ada guru yang datang untuk pendataan murid yang ingin melanjutkan ke SMA yang dituju. “Apa kabar semuanya?”, tanya guru. “Baik bu, bagaimana dengan ibu?” (Murid-murid serentak menjawab). "Alhamdulillah baik, langsung saja ke yang intinya, kalian sudah beres melaksanakan UN dan hasilnya alhamdulillah baik-baik semua. Ibu masuk ke kelas ini untuk mendata siswa yang ingin melanjutkan sekolah lanjutan SMA atau SMK dan silahkan pikirkan dulu untuk masuk SMA yang akan kalian pilih, Ibu nanti akan manggil satu persatu dari absen”. Kemudian murid-murid memikirkan untuk melanjutkan sekolah yang akan dituju, lalu Indra bengong memikirkan sekolah yang akan ditujunya karena di zaman modern sekarang ini banyak pergaulan bebas yang tidak terorganisir. Johan bertanya kepada Indra tetapi Indra terus bengong tidak menjawab pertanyaan dari Johan. Lalu guru memanggil Indra untuk kedepan menyebutkan SMA yang akan dituju. “Indra?”, tanya guru. Indra tetap bengong tidak mendengar gurunya. Akhirnya gurunya mendekati bangku Indra dan memegang keras punggung Indra, lalu Indra pun kaget dan ingat lagi seperti biasa sampe-sampe pulpen yang dipegang Indra terbang ke bangku temannya. “Astagfirullah, ada apa bu sampe memegang punggung saya dengan keras?”, tanya Indra. “Kamu disuruh ke depan untuk menyebutkan sekolah lanjutan yag dituju, tetapi kamu tidak maju kedepan dan malah bengong”, jawab guru. “Aduh maaf ibu, saya bukan tidak mendengar Ibu”, jawab Indra. “Iya tidak apa-apa, kenapa kamu bengong”, tanya guru. “Saya bengong karena memikirkan sekolah yang saya cita-citakan dari sejak kecil”, jawab Indra. Teman-teman Indra pun tertawa mendengar perkataan Indra. “Aduh Indra kamu payah, masa sekolah lanjutan SMA dipikirkan sejak bayi, ahh kamu ngaco, udah aja masuk SLB hahahaha....”, jawab Doni temen sekelas Indra. “Udah semuanya diam jangan ribut dikelas, nanti ngeganggu ke kelas pinggir yang sedang ulangan”. Murid-murid pun hening kembali. “Jadi kamu Indra pengen masuk SMA atau SMK mana?”, tanya guru. “Gatau bu, belum kepikiran luas”, jawab Indra. Murid-murid pun ketawa kembali mendengarkan perkataan Indra. “Iya sudahlah mungkin Indra masih bingung menentukan sekolah lanjutannya, nanti kamu Indra ditunggu di ruang guru kalau sudah ada pilihannya karena temen kamu semua sudah didata, tinggal kamu saja yang belum, ya cukup sekian saja dari Ibu, Wassalamu’alaikum Wr. Wb.”. “Wa’alaikumussalam Wr. Wb.”, jawab semua murid.

            Waktu bel istirahat bergoyang dibunyikan, murid-murid pun beristirahat keluar. Indra dan Johan diam di kelas karena mereka bekal nasi dari rumah. “Eh sob, jadi kamu mau melanjutkan ke SMA mana?”, tanya Johan. “Gatau han belum kepikiran hmmm”, jawab Indra. “Udah aja bareng sama saya sob ke SMA 1 biar bisa bareng main lagi”, kata Johan. “Hmmm engga ah han, saya pengen sekolah yang lebih cocok dan bagus bagi saya”, jawab Indra. “Emang menurut kamu SMA 1 tidak bagus sob?”, tanya Johan. “Bukan berarti begitu, SMA 1 juga bagus, oh iya han baru keingetan, saya pengen masuk pesantren aja”, kata Indra. “Wah serius sob mau ke pesantren? Tapi nanti kita engga ketemu lagi atuh ya”, jawab Johan. “Iya serius han, bisa nanyi reuni SMP atau kita janjian ketemu hehe”, kata Indra. “Tapi engga kaya biasanyanya lagi kita selalu barengan, main bareng, pulang bareng hmm, kenapa kamu pengen ke pesantren sob?, kata Johan (Muka yang sedih yang tidak mau kehilangan sahabat). “Iya kalau masalah itu mah bisa diatur han, lewat telepon juga bisa, saya pengen  ke pesantren untuk memperdalam ilmu agama dan ingin menjadi anak sholeh yang bisa membahagiakan kedua orangtua”, jawab Indra. “Wow bagus juga ide kamu sob tapi ingat jangan lupakan saya, udah sob ayo kita ke ruang guru untuk mendata sekolah lanjutan yang kamu akan dituju”, kata Johan. “Oke pasti itu mah han, iya ayo han”. Johan dan Indra pun keluar meninggalkan kelas dan pergi ke ruang guru untuk mendata sekolah yang akan ditujunya. Guru pun mendata Indra untuk masuk ke pesantren dan wajah guru yang mendatanya kelihatan senyum terhadap Indra karena baru ada 1 orang yang ingin masuk ke pesantren. Pada saat itu, ada temen sekelas Indra yang bernama Santo menanyakan kepada Indra, “ Eh dra kamu jadinya mau melanjutkan ke SMA mana?”. “Saya mau melanjutkan ke pesantren to”, jawab Indra. “Wah mana mungkin kamu pantes ke pesantren , so alim banget ya kamu, kamu mah dra pantesnya juga jadi pengamen di pinggir jalan”, sahut Santo (Sambil ketawa terbahak-bahak). “udah kamu pergi dari sini, jangan meremehkan teman saya aja tidak baik, udah sob kamu sabar aja, anggap aja dia itu seperti monyet yang berbicara hehe”, jawab Johan. Indra pun menundukkan kepalanya dan santo terus mengejek Indra, tetapi untungnya ada guru yang melewat ke kelasnya, jadi Santo pun masuk lagi ke dalam kelas.

            Dua minggu setelah itu, sekolah Indra mengadakan perpisahan di sekolahnya. Indra sangat senang karena besoknya akan masuk ke pesantren, tetapi Johan kelihatannya sedih karena akan berpisah dengan Indra dan terakhir kalinya bertemu dengan Indra. Keesokan harinya, Indra memasuki pesantren dan dia pertama kalinya masuk pesantren. Lalu dia masuk ke asrama untuk membereskan barang-barang yang dibawanya. Indra merasa senang bisa sekolah sambil pesantren. Dia kelihatannya selalu gembira saat masuk ke pesantren dan teman-temannya yang ada di pesantren jauh lebih beda dibandingkan dengan waktu SMP. Di pesantren temen-temennya semua pada baik dan selalu membantu ketika Indra sedang mengalami kesusahan. Indra disana selalu bareng bersama ketika mau mandi, makan, shalat maupun beribadah selalu bersamaan dengan teman barunya.

            Delapan bulan kemudian, Indra merasa betah di pesantren, dia tidak mau pulang-pulang ke rumahnya, dia juga jarang bertemu dengan keluarganya dan hanya mengabari lewat telepon. Disana Indra hidupya lebih tenang dibandingkan waktu SMP. Indra lebih mandiri sampe cuci baju pun melakukannya dengan sendiri dan mengatur waktu dengan sebaik-baiknya. Dia pun menjadi rajin belajar , selalu aktif di dalam kelasnya dan sampai mengikuti lomba cerdas cermat tingkat nasional.

            Lima tahun kemudian, Indra sudah keluar dari pesantren dan mendapat ilmu yang diperoleh ketika sekolah dan perguruan tinggi. Indra banyak yang menawari pekerjaan dan dia pun bingung memilih pekerjaan yang cocok untuknya. Dia pun memilih bekerja di salah satu BUMN dan setelah lama kerja disana, dia menjadi orang kaya. Disamping itu, Indra mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Dan dia juga selalu bersedekah kepada orang-orang fakir dan miskin. Selain menjadi pekerja BUMN, Indra juga sering ceramah di masjid-masjid. Kemudian dia teringat masa lalunya yaitu temen deket lama yang bernama Johan. “Assalamu’alaikum, apakah ini Johan, masih inget ke saya?”, tanya Indra. “Oh maaf ya, ini dengan siapa?”, kata Johan. “Ini saya Indra han, masih inget sahabat kamu waktu SMP?”, kata Indra. “Oh iya ingat, kemana aja kamu sob sudah lama jarang bertemu dengan kamu?, kata Johan. “Alhamdulillah kalau masih ingat, ayo han kita reuni SMP sama ajak yang lain pada bisanya kapan dan saya kabarin lagi aja nanti kalau udah ada balesan dari yang lain”. “Ok han, maaf ya han teleponnya ditutup dulu, saya masih ada urusan lain yang belum saya kerjakan, sampai jumpa nanti, Wassalamu’alaikum”, kata Indra. “Wa’alaikumussalam”, jawab Johan.

            Pada hari libur kerja, Indra merapihkan dan membersihkan rumahnya, lalu ia teringat masa lalunya ketika waktu di pesantren suka pel dan meyapu asramanya. Tiba-tiba HP Indra bergoyang di atas meja dan Indra mengambil HP nya. Indra menerima pesan dari Johan bahwa akan ada reuni SMP sekarang dan semuanya akan menghadiri acara tersebut. Indra pun bersiap-siap untuk pergi ke tempa reuni.

            Indra pun bersiap-siap dan pergi menuju tempat reuni. Sesudah sampai disana, teman-teman Indra terkejut melihat penampilan Indra dan membawa mobil mewah. Akhirnya orang-orang yang suka mengejek atau meremehkan Indra, mereka menjadi menghormati Indra karena mereka bekerja hanya sebagai buruh saja, tetapi Indra membalasnya ketika diperlakukan semejak SMP. Bahkan teman-teman Indra yang pintar waktu SMPnya, pekerjaannya jauh lebih bawah derajatnya dibandingkan dengan Indra. Mereka pun melanjutkan acara reuninya, sambil makan-makan dalam keadaan ramai dan gembira.

SELESAI